BANJARNEGARA:
Kebijakan pemerintah yang mengatur agar siswanya belajar dari rumah menimbulkan
pro dan kontra di masyarakat. Karena pembelajaran dilaksanakan berbasis online,
maka para siswa mau tidak mau harus mengikuti kebijakan yang ada. Bagi sebagian
orangtua, internet menjadi fasilitas utama yang diberikan pada anak-anaknya. Sehingga
anak-anak dengan mudah mengakses pembelajaran secara online dari rumah.
Namun,
ternyata tidak semua siswa dan orangtua yang merasakan fasilitas yang sama.
Masih banyak orangtua yang berupaya dengan susah payah mengusahakan fasilitas kuota
internet untuk anaknya. Marsini, seorang warga Kecamatan Bawang, menyebutkan
bahwa untuk memenuhi kebutuhan internet anaknya, ia harus menyisihkan 50.000
rupiah setiap minggunya. Hal ini dirasa berat karena suaminya yang bermata
pencaharian sebagai pekerja bangunan tidak setiap hari bekerja dan memperoleh
pendapatan. Ia juga menyebutkan bahwa dalam satu keluarga hanya ada satu buah handphone yang digunakan secara bergantian. Bagaimanapun, demi pendidikan putrinya, ia rela lebih menghemat
pengeluarannya lagi.
Berbeda
dengan Ika, warga Kecamatan Banjarnegara, justru menyambut baik pembelajaran
online untuk anaknya. Ia tak merasa keberatan karena fasilitas wifi sudah
terpasang di rumahnya. Sehingga putrinya tak lagi harus membeli kuota internet
di luar rumah. Pengusaha salon ini merasa tak lagi repot dengan antar jemput
sekolah anaknya, karena kebijakan pemerintah untuk belajar di rumah saja.
Pembelajaran
secara daring memang menjadi salah satu kebijakan pemerintah dalam mewaspadai
dan mengantisipasi penyebaran Covid-19. Sehingga diperlukan dukungan dari
berbagai pihak untuk bersama melawan penyebaran virus tersebut. Tetap tinggal
di rumah selama masa darurat yang diinformasikan oleh pemerintah menjadi salah
satu dukungan masyarakat terhadap upaya pemerintah menekan penyebaran Covid-19. (Kris, www.kaenews.com)
No comments:
Post a Comment